Selamat Datang di Blog Numpang Lewat

Selamat Datang di Blog Numpang Lewat
Trims, anda telah bergabung dan berkunjung di blog ini
Blog ini adalah wadah untuk berbagi pengalaman, menuangkan ide-ide, serta sebagai ajang kreativitas para bloger yang mau berpartisipasi dan menyumbangkan pikirannya melalui blog ini.

Kamis, 21 Agustus 2008

Coretan

Aku dan Masa Depan

Sekilas nampak tak terpikir olehku, apa yang terjadi 10 tahun kemudian . Yang ada dalam benakku adalah bermain, bercanda, dan berkhayal. Kadang khayalanku melebihi cita-cita yang aku ungkapkan, tatkala orang tuaku bertanya, “he apa cita-citamu nanti nak?. “ Ada deh” kataku. Aku mau jadi presiden… tapi kenyataan besar nanti yang jelas aku jadi pengantin. Itu hanya candaku pada orang tua, artinya masa kecilku hanya habis untuk bermain saja. Masa depan belum juga terpikirkan karena aku belum bisa berpikir sejauh itu. Masa depan bagi aku adalah sesuatu yang paling indah melebihi masa kanak-kanak. Olah pikir ini terrefleksikan akan masa kanak-kanak yang begitu indah … kalau masa kecil sudah indah berarti masa depan nanti semakin indah… obrolan polos ku saat ini. Ha..ha..haa…. asik deh pokoknya.

Palembang, 270808



DUNIAKU

Oh.. alangkah indah panorama kambang iwak (Taman Tengah Kota Palembang) sore itu, aku tergerak oleh sapaan luapan air kambang iwak yang menyapa. Pada dinding waktu ku hempaskan semua kebebasan sore untuk bercengkrama mengakrabi air yang membawa kesejukan hati. Duniaku terasa indah. Ku bermain memainkan simponi aliran air diiringi gemuruh riak yang terbelah oleh sekatan drainase. Obrolan dan siulanku bersama temenku mengharmonisasikan pesona kemerduan suara-suara alamiah yang jarang aku temukan di era teknologi sekarang ini. Larangan pun aku langgar demi aktualisasi duniaku yang semakin tergusur.

Sore itu terasa indah, aroma pejalan kaki dan suasana keramaian kambang iwak menggerakkanku untuk bermain dan mengundang reaksi sebagian manusia untuk menyaksikan aksi-aksiku. Aku dan temenku terpuaskan oleh alam dan dunia anak-anak yang semakin usang dan sempit oleh waktu dan ruang, namun aku dan temenku masih bisa membuat sekelilingku terpesona menyaksikan ulah-ulahku bersama duniaku.

Palembang, 220808


Antara Aku, Hid
up, dan YANG TERLEWATKAN

Ku tak pernah berhenti menjejakkan kaki, dan terkadang aku terpaku menikmati sisa hidup dan mencari penghidupan pada situasi nyata. Aku berharap ada ruang gerak, agar aku bebas menentukkan langkah hidup sebagaimana layaknya. Sering aku melihat pandangan dan kenyataan hidup yang tak mungkin lagi terjangkau oleh kemampuan yang kumiliki. Namun aku masih tetap yakin bisa menjalaninya dengan apa adanya. Haruskah aku terima dan pasrah pada kenyataan yang ada? Alangkah naifnya kalau aku menyerah, karena nasib pasti akan berpihak pada aku, seandainya aku dengan sabar memaknai hidup ini dengan suatu yang positif.

Setiap langkah yang aku tempuh, adalah ujian dan harapan yang tetap akan aku raih. Karena harapanku adalah pilihan terbaik yang pasti aku jalani. Pada situasi yang akrab, sesekali aku berkelakar tanpa beban, seolah-olah apa yang terlontar dari mulut ini adalah kebahagian yang tak terhingga. Namun pada sisi lain, aku harus berhadapan dengan sebuah birokrasi yang rumit, hal inilah yang aku katakan sebagai kenyataan hidup yang tak mungkin terjangkau oleh kemampuanku. Aku sadar dengan keberadaanku, secara akademis aku tertinggal, secara intelektual aku termarjinalkan, berdasarkan pola pikir aku terelakkan. Lalu bagaimana aku menyikapinya?

Pernyataan akurat yang masih aku cari jawabannya. Berbekal pengalaman dan kesederhanaan, ternyata aku masih mampu menghadapi semuanya dengan enjoyful. He..he.. maklum aku adalah sebagian kecil dari sekian puluh yang terlewatkan. Hidup adalah segalanya karena antara aku, hidup, dan yang terlewatkan masih dalam koridor yang sebenarnya.

Palembang, 220808


Ekpresiku, Ekspresimu, dan Ekspresi Kita Bersama

Sebuah Analogi Wacana


Ada wacana publik tentang satu pementasan teater yaitu ”ekspresi seorang pemain tergantung dari apa dan bagaimana ekspresi itu dimainkan”. Dari wacana tersebut ada beberapa kemungkinan yang akan muncul dan ada beberapa perbedaan pandangan. Seseorang akan mengatakan ekspresiku bagus, namun tak sebagus ekspresiku karena ekspresi yang ada adalah ekspresi kita bersama. Membingungkan, logikanya memang dalam suatu pementasan seorang pemain akan mengekpresikan diri dengan segala kemampuannya. Ekspresi diri itu kalau dikaji lagi sebetulnya juga ekspresi yang ditawarkan sutradara untuk dimainkan, dan ekspresi mereka sebetulnya gambaran beberapa ekspresi yang telah diamati, dilakonkan, dan ditawarkan. Sehingga antara pemain, sutradara, dan penonton merupakan sekumpulan ekspresi itu. Jadi boleh dikata bahwa ekspresi itu adalah ekspresi kita bersama.

Wacana ini dicoba untuk diwacanakan lagi ke dalam bentuk pemahaman, apresiasi atau pengejewantahan aksi peran. Sebuah grup teater akan menghadapi persoalan dan menjalankan wacana itu tanpa beban apapun. Karena penekanan mereka hanya pada bagaimana cara berekspresi yang baik dan benar. Ibarat bahasa adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

Biarlah wacana itu tetap berkembang dan terus diperdebatkan. Seorang pemain teater atau pekerja seni akan dengan cueknya membiarkan wacana itu, yang penting bagaimana ia masih tetap eksis untuk berekspresi. Yang menakutkan bagi mereka adalah kalau ada larangan berekspresi. Ekspresiku adalah aku, ekspresimu adalah kamu, dan ekspresi kita bersama adalah ekspresi aku dan kamu yang diekpresikan untuk semua.

Palembang, 210808


foto by argo

Tidak ada komentar: